Skip to main content

Asbabun Nuzul Juz 30


Daftar Isi
Surah an-Naba’ ……………………………………………………………
Surah an-Naazi’aat ………………………………………………………..
Surah ‘Abasa ………………………………………………………………
Surah at-Takwiir ………………………………………………………….
Surah al-Infithaar …………………………………………………………
Surah al-Muthaffifiin  ……………………………………………………..
Surah ath-Thaariq ………………………………………………………...
Surah al-A’laa ……………………………………………………………..
Surah al-Ghaasyiyah ……………………………………………………...
Surah al-Fajr ………………………………………………………………
Surah al-Lail ………………………………………………………………
Surah adh-Dhuhaa ………………………………………………………..
Surah al-Insyiraah ………………………………………………………...
Surah at-Tiin ………………………………………………………………
Surah al-’Alaq ……………………………………………………………..
Surah al-Qadr ……………………………………………………………..
Surah az-Zilzal …………………………………………………………….
Surah al-’Aadiyaat ………………………………………………………..
Surah at-Takaatsur ……………………………………………………….
Surah al-Humazah ………………………………………………………...
Surah Quraisy ……………………………………………………………..
Surah al-Maa’uun ………………………………………………………...
Surah al-Kautsar ………………………………………………………….
Surah al-Kaafiruun ……………………………………………………….
Surah an-Nashr ……………………………………………………………
Surah al-Lahab ……………………………………………………………
Surah al-Ikhlas …………………………………………………………….
Surah al-Falaq & Surah  an-Naas   ……………………………………….



Surah an-Naba’
Ayat 1-2, yaitu firman  Allah ta’ala,
“Tentang apakah mereka  saling bertanya-tanya ? Tentang berita  yang besar (hari
berbangkit).” (an-Naba’:  1-2)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim  meriwayatkan dari al-Hasan yang  berkata, “Ketika
Rasulullah diutus, mereka  (orang-orang kafir Quraisy) saling bertanya  di antara
mereka. Allah lalu menurunkan  ayat ini.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 612.




Surah an-Naazi’aat
Ayat 12, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Mereka berkata: “Kalau  demikian, itu adalah suatu pengembalian  yang merugikan””
(an-Naazi’aat: 12)
Sebab Turunnya Ayat
Said bin Manshur meriwayatkan  dari Muhammad bin Ka’ab yang  berkata, “Tatkala
turun ayat 10 ‘(Orang-orang  kafir) berkata, “Apakah kita benar-benar  akan
dikembalikan kepada kehidupan  yang semula? Orang-orang kafir  Quraisy berkata,
‘Sekiranya kita dihidupkan  kembali setelah mati maka kita sungguh-sungguh  akan
berada dalam kerugian.’  Allah lalu menurunkan ayat ini.” (513)
Ayat 42, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Mereka (orang-orang kafir)  bertanya kepadamu (Muhammad) tentang  hari
Kiamat,””Kapankah terjadinya?”‘  (an-Naazi’aat: 42)
Sebab Turunnya Ayat
Al-Hakim dan Ibnu Jarir  meriwayatkan dari Aisyah yang berkata,  “Rasulullah sering
ditanya tentang kapan terjadinya  hari kiamat hingga turunlah ayat,
“Mereka (orang-orang kafir)  bertanya kepadamu (Muhammad) tentang  hari
Kiamat,””Kapankah terjadinya?”  Untuk apa engkau perlu menyebutkannya
(waktunya)? Kepada Tuhanmulah  (dikembalikan) kesudahannya (ketentuan
waktunya).”” (an-Naazi’aat:  42-44)
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan  dari Juwaibir adh-Dhahak dari Ibnu  Abbas bahwa
orang-orang musyrik Mekah  sering bertanya kepada Rasulullah,  dalam rangka
mengejek, “Kapan terjadinya  kiamat itu?” Allah lantas menurunkan  ayat ini hingga
akhir surah.
Imam ath-Thabrani dan Ibnu  Jarir meriwayatkan dari Thariq bin Syihab  yang berkata,
“Rasulullah seringkali menyinggung  permasalahan hari kiamat hingga  turunlah ayat,
‘Untuk apa engkau perlu  menyebutkannya (waktunya)? Kepada Tuhanmulah
(dikembalikan) kesudahannya  (ketentuan waktunya).”” (an-Naazi’aat:  43-44)




Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan  hal senada dari Urwah.
513. Mustadrak al-Hakim,  Jilid 1, hlm. 5. Imam al-Hakim berkata,  “Hadits ini shahih;
sesuai dengan persyaratan  Bukhari dan Muslim, tetapi tidak diriwayatkan  oleh
keduanya.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 613
– 614.




Surah ‘Abasa
Ayat 1 dan 2, yaitu firman  Allah ta’ala,
“Dia (Muhammad) berwajah  masam dan berpaling, karena seorang  buta telah datang
kepadanya (Abdullah bin  Ummi Maktum).” (‘Abasa: 1-2)
Sebab Turunnya Ayat
Imam at-Tirmidzi dan al-Hakim  meriwayatkan dari Aisyah yang  berkata, “Ayat ini
diturunkan berkenaan dengan  Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat  yang buta
matanya. Suatu hari, Ibnu  Ummi Maktum datang kepada Rasulullah  seraya berkata,
‘Wahai Rasulullah, berilah  saya nasihat.’ Bertepatan saat itu Rasulullah  tengah
berbincang dengan seorang  pembesar kaum musyrik. Rasulullah  lalu mengabaikan
permintaan sahabat tersebut,  sebaliknya beliau melanjutkan perbincangannya  dengan
pembesar musyrik tersebut.  Beliau antara lain berkata kepada pembesar  musyrik itu,
‘Apakah ada yang salah  dari seruan saya?’ Orang itu menjawab,  “Tidak.’ Tidak lama
berselang, turunlah ayat,  “Dia (Muhammad) berwajah masam dan  berpaling, karena
seorang buta telah datang  kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum).”
Abu Ya’la meriwayatkan  hal serupa dari Anas.
Ayat 17, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Celakalah manusia! Alangkah  kufurnya dia!” (‘Abasa: 17)
Sebab Turunnya Ayat
Berkenaan dengan ayat ini,  Ibnul Mundzir meriwayatkan dari  Ikrimah yang berkata,
“Ayat ini turun berkenaan  dengan Utbah bin Abi Lahab, yaitu ketika  ia berkata, ‘Saya
mengingkari Tuhan (yang  telah menciptakan) bintang.’”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 615
– 616.




Surah at-Takwiir
Ayat 29, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Dan kamu tidak dapat menghendaki  (menempuh jalan itu) kecuali  apabila
dikehendaki Allah, Tuhan  seluruh alam.” (at-Takwiir: 29)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim  meriwayatkan dari Sualiman bin  Musa yang berkata,
“Tatkala turun ayat 28, ‘(Yaitu)  bagi siapa di antara kamu yang  menghendaki
menempuh jalan yang lurus.’  Abu Jahal berkata, ‘Jadi, permasalahan  ini tergantung
sepenuhnya pada kita. Jika  kita mau, maka kita dapat saja berjalan  di jalan yang lurus.
Sebaliknya, kita tidak akan  berjalan di atasnya jika kita tidak menghendakinya.’  Allah
lalu menurunkan ayat 29,  “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh  jalan itu)
kecuali apabila dikehendaki  Allah, Tuhan seluruh alam.”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan  riwayat serupa dari jalur Baqiyyah  dari Amru bin
Muhammad dari Zaid bin  Aslam dari Abu Hurairah.
Ibnul Mundzir juga meriwayatkan  riwayat serupa dari Sulaiman dari  Qasim bin
Mukhaimarah.
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 617.




Surah al-Infithaar
Ayat 6, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Wahai manusia! Apakah  yang telah memperdayakan kamu (berbuat  durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang  Maha Pengasih.” (al-Infithaar: 6)
Sebab Turunnya Ayat
Berkenaan dengan ayat ini  Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari  Ikrimah yang berkata,
“Ayat ini turun berkenaan  dengan Ubai bin Khalaf.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 618.




Surah al-Muthaffifiin
Ayat 1, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Celakalah bagi orang-orang  yang curang (dalam menakar dan  menimbang)!”  (al-
Muthaffifiin: 1)
Sebab Turunnya Ayat
Imam an-Nasa’i dan Ibnu  Majah dengan sanad yang yang shahih  meriwayatkan dari
Ibnu Abbas yang berkata,  “Ketika Nabi saw. baru saja tiba di Madinah,  orang-orang di
sana masih sangat terbiasa  mengurangi-ngurangi timbangan (dalam  jual beli). Allah
lantas menurunkan ayat,  ‘Celakalah bagi orang-orang yang curang  (dalam menakar dan
menimbang)!’ Setelah turunnya  ayat ini, mereka selalu menepati takaran  dan
timbangan.”
514. Sunan Ibnu Majah,  kitab at-Tijaaraat, hadits nomor 2223 dan  Sunan Nasai,  kitab
at-Tafsiir, hadits nomor  674.
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 619.




Surah ath-Thaariq
Ayat 5, Yaitu Firman Allah  Ta’ala
“Maka hendaklah manusia  memperhatikan dari apa dia diciptakan.”  (ath-Thaariq: 5)
Sebab Turunnya Ayat
Berkenaan dengan ayat ini,  Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari  Ikrimah yang berkata,
“Ayat ini turun berkenaan  dengan tindakan Abi Asyad yang suatu  ketika berdidi di atas
sebuah gundukan tanah lalu  berkata (dengan angkuh), ‘Wahai sekalian  warga Quraisy,
siapa yang bisa menurunkan  saya dari tempat ini maka saya akan  memberinya ini dan
itu!’ Orang ini juga berkata,  “Sesungguhnya Muhammad mendakwakan  bahwa penjaga
jahanam itu berjumlah sembilan  belas. Saya akan mengatasi sepuluh  dari mereka
sementara tugas kalian hanya  mengatasi yang sembilan lagi.’”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 620.




Surah al-A’laa
Ayat 6, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Kami akan membacakan  (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) sehingga  engkau tidak
akan lupa.” (al-A’laa: 6)
Sebab Turunnya Ayat
Imam ath-Thabrani meriwayatkan  dari Ibnu Abbas yang berkata,  “Pada awalnya, jika
malaikat Jibril menyampaikan  wahyu kepada Nabi saw., maka belum  selesai Jibril
membacakannya Nabi saw.  telah langsung membaca bagian awalnya.  Hal itu
disebabkan beliau takut akan  terlupa. Allah lalu menurunkan ayat  ini.” Di antara
rangkaian perawi hadits  ini terdapat Juwaibir yang dinilai sangat  lemah.
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 621.




Surah al-Ghaasyiyah
Ayat 17, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Maka tidakkalah mereka  memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?”   (al-
Ghaasyiyah: 17)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim  meriwayatkan dari Qatadah yang  berkata, “Tatkala Allah
menginformasikan sifat-sifat  surga, orang-orang yang sesat menjadi  terheran-heran.
Allah lalu menurunkan ayat  ini.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 622.




Surah al-Fajr
Ayat 27, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Wahai jiwa yang tenang!”  (al-Fajr: 27)
Sebab Turunnya Ayat
Berkenaan dengan ayat ini,  Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Buraidah  yang berkata,
“Ayat ini turun berkenaan  dengan Hamzah.” Dari Juwaibir dari adh-Dhahhak  dari Ibnu
Abbas juga diriwayatkan  bahwa Rasulullah pernah bersabda, ” Siapa  yang membeli
sumur Ruumat yang dengannya  ia mendapatkan airnya yang tawar  maka Allah akan
mengampuninya.” Utsman  bin Affan lantas membeli sumur itu. Rasulullah  lalu berkata,
“Apakah engkau bersedia  menjadikannya sumur umum (tempat semua  orang
mengambil air)?” Utsman  menjawab, “Ya.” Terhadap sikap Utsman  ini, Allah lalu
menurunkan ayat, “Wahai  jiwa yang tenang!”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 623.




Surah al-Lail
Ayat 1-21, yaitu firman  Allah ta’ala,
“Demi malam apabila menutupi  (cahaya siang), dan siang apabila  terang
benderang,dan penciptaan  laki-laki dan perempuan,sesungguhnya  usaha kamu
memang berbeda-beda. Adapun  orang yang memberikan (hartanya  di jalan Allah) dan
bertakwa, dan membenarkan  adanya pahala yang terbaik (syurga),  maka Kami kelak
akan menyiapkan baginya  jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang  yang bakhil
dan merasa dirinya cukup,  serta mendustakan pahala terbaik, maka  kelak Kami akan
menyiapkan baginya (jalan)  yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat  baginya
apabila ia telah binasa. Sesungguhnya  kewajiban Kamilah memberi  petunjuk, dan
sesungguhnya kepunyaan  Kamilah akhirat dan dunia. Maka, kami  memperingatkan
kamu dengan neraka yang  menyala-nyala. Tidak ada yang masuk  ke dalamnya kecuali
orang yang paling celaka,  yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling  (dari iman).
Dan kelak akan dijauhkan  orang yang paling takwa dari neraka  itu, yang menafkahkan
hartanya (di jalan Allah)  untuk membersihkannya, padahal tidak  ada seseorangpun
memberikan suatu ni’mat  kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi  (dia memberikan
itu semata-mata) karena  mencari keridhaan Tuhannya yang Maha  TInggi. Dan kelak
dia benar-benar mendapat  kepuasan.” (al-Lail: 1-21)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Abi Hatim dan lainnya  meriwayatkan dari al-Hakim bin Aban  dari Ikrimah dari
Ibnu Abbas ada seorang laki-laki  kaya yang memiliki sebatang kurma  yang dahannya
menjulur ke pekarangan  rumah seorang laki-laki fakir yang memiliki  banyak anak. Jika
laki-laki kaya itu datang  ke rumahnya ia sering memanjat pohon  kurma tadi untuk
mengambil buahnya. Tetapi,  terkadang beberapa butir di antara  kurma tersebut jatuh ke
tanah lalu anak-anak orang  fakir itu mengambilnya. Akan tetapi,  jika laki-laki kaya itu
melihatnya, maka ia segera  turun lantas merenggut kembali kurma  yang telah dipegang
oleh anak-anak itu. Bahkan,  apabila kurma itu telah berada di dalam  mulut anak-anak
itu, maka ia juga tidak segan-segan  memasukkan jarinya ke mulut  mereka untuk
mengambilnya kembali.
Laki-laki fakir itu lantas  mengadukan tindakan tetangganya tersebut  kepada Rasulullah.
(Setelah mendengar pengaduannya),  Rasulullah lantas menyuruhnya  pulang ke rumah.
Suatu hari, Rasulullah bertemu  dengan pemilik kurma tersebut. Beliau  lalu berkata,
“Berikanlah kepada saya  pohon kurmamu yang dahannya menjulur  ke rumah si Fulan
dan sebagai imbalannya  engkau akan mendapatkan sebatang pohon  di surga.”  Akan
tetapi, laki-laki itu menjawab,  “Saya ingin memberinya karena saya  memiliki banyak
pohon kurma. Akan tetapi,  di antara semuanya tidak ada yang paling  saya sukai
buahnya daripada pohon  yang satu itu.” Setelah berkata demikian,  laki-laki itu pun




berlalu. Ketika itu, ia sempat  berpapasan dengan seorang laki-laki  yang sempat
mendengarkan percakapannya  dengan Rasulullah.
Laki-laki yang mendengarkan  percakapan tadi lantas bergegas menemui  Rasulullah dan
berkata, “Wahai Rasulullah,  apakah imbalan yang engkau janjikan  kepada laki-laki
kaya tadi juga berlaku bagi  saya jika saya berhasil mendapatkan  pohon kurma itu?”
Rasulullah menjawab,  “Ya.” Laki-laki yang juga memiliki banyak  pohon kurma itu
lantas berlalu dan segera  menemui si pemilik kurma.
Setelah bertemu, si pemilik  kurma berkata, “Apa pendapatmu dengan  ucapan
Muhammad yang menjanjikan  akan memberi saya sebatang kurma  di surga jika saya
mau memberikan kurma  saya yang condong ker rumah si Fulan?  Akan tetapi, saya
menanggapinya seraya berkata,  ‘Saya ingin memberinya karena  saya memiliki banyak
pohon kurma. Akan tetapi,  saya sangat menyukai buah dari pohon  kurma yang satu itu.’
Saya memang memiliki  banyak pohon kurma. Akan tetapi, di antara  semuanya tidak
ada yang paling saya sukai  buahnya daripada pohon itu.” Laki-laki  kaya menjawab,
“Tidak, kecuali jika saya  diberi apa yang saya mau. Sementara itu,  saya tidak yakin ia
akan memberinya.” Laki-laki  tadi berkata lagi, “Berapa imbalan  yang engkau
inginkan?” Si pemilik kurma  menjawab, “Empat puluh batang kurma.”
Mendengar ucapannya itu,  laki-laki yang datang tadi berkata, “Permintaanmu  itu
sungguh terlalu tinggi.” Setelah  berkata demikian, laki-laki itu terdiam  beberapa saat
sebelum akhirnya berkata  “Baiklah, saya setuju membelinya dengan  empat puluh
batang kurma. Sekarang,  jika engkau sungguh-sungguh, panggilah  saksi jual belinya!”
Laki-laki kaya itu lantas  memanggil beberapa orang kaumnya untuk  menjadi saksi
transaksi tersebut. Setelah  selesai, laki-laki tadi lantas datang kepada  Rasulullah dan
berkata, “Wahai Rasulullah,  sesungguhnya pohon kurma itu telah  menjadi milik saya
dan saya sekarang memberikannya  kepada engkau.” Rasulullah lantas  datang ke rumah
laki-laki miskin tadi lalu  berkata, “Pohon kurma ini sekarang menjadi  milikmu dan
keluargamu.” Allah lalu  menurunkan ayat, “Demi malam apabila  menutupi (cahaya
siang)…,” hingga akhir surah.  Ibnu Katsir mengatakan bahwa riwayat  ini sangat ganjil.
Al-Hakim meriwayatkan  dari Amir bin Abdullah ibnuz-Zubair dari  bapaknya yang
berkata, “Suatu ketika, Abu  Quhafah berkata kepada anaknya, Abu  Bakar ash-Shiddiq,
‘Wahai anakku, saya melihatmu  hanya memerdekakan budak-budak  yang lemah saja.
Kenapa engkau tidak memerdekakan  budak-budak yang kuat sehingga  mereka dapat
menjadi penjaga dan penolong  bagimu?’ Abu Bakar lalu menjawab,  ‘Wahai ayah, yang
saya harapkan hanyalah imbalan  dari Allah.’ Terhadap tindakan Abu  Bakar itu,
turunlah surah ini.”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan  dari Urwah bahwa Abu Bakar telah  memerdekakan
tujuh orang budak yang seluruhnya  tengah dalam kondisi disiksa  (oleh majikannya)




karena mengakui keesaan  Allah swt.. Terhadap tindakannya inilah  turun ayat 17,  “Dan
akan dijauhkan darinya (neraka)  orang yang paling bertakwa,…”  hingga akhir surah.
Al-Bazaar meriwayatkan  dari Ibnu Zubair yang berkata, “Ayat 19,  ‘Dan tidak ada
seorang pun memberikan  suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya,’  hingga akhir
surah turun berkenaan dengan  Abu Bakar ash-Shiddiq.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 624
– 627.




Surah adh-Dhuhaa
Ayat 1-3, yaitu firman  Allah ta’ala,
“Demi waktu dhuha (ketika  matahari naik sepenggalah), dan demi  malam apabila
telah sunyi, Tuhanmu tidak  akan meninggalkan engkau (Muhammad)  dan tidak (pula)
membencimu.” (adh-Dhuhaa:  1-3)
Sebab Turunnya Ayat
Imam Bukhari dan Muslim  meriwayatkan dari Jundub yang berkata,  “Suatu ketika,
Rasulullah menderita sakit  sehingga tidak melakukan shalat malam,  satu atau dua hari
lamanya. Seorang wanita  lantas mendatangi beliau dan berkata,  “‘Wahai Muhammad,
menurut saya hal itu disebabkan  setanmu telah meninggalkanmu.’  Allah lalu
menurunkan ayat, “Demi  waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah),  dan demi
malam apabila telah sunyi,  Tuhanmu tidak akan meninggalkan engkau  (Muhammad)
dan tidak (pula) membencimu.’  “
Said bin Manshur dan Faryabi  meriwayatkan dari Jundub yang berkata,  “Suatu ketika,
Jibril tidak turun kepada  Nabi saw. untuk beberapa lama. Orang-orang  musyrik lalu
berkata, “Sesungguhnya  ia (Jibril) telah meninggalkan Muhammad.’  Selanjutnya,
turunlah ayat ini”
Imam al-Hakim meriwayatkan  dari Zaid bin Arqam yang berkata,  “Suatu ketika, Jibril
tidak turun kepada Rasulullah  hingga beberapa hari lamanya. Ummu  Jamil, istri Abu
Lahab, lantas berkata, ‘Menurut  saya, temanmu (Jibril) telah meninggalkanmu  dan
benci kepadamu.’ Allah lalu  menurunkan ayat ini.” (515)
Imam ath-Thabrani dan Ibnu  Abi Syaibah dalam kitab musnadnya,  demikian pula al-
Wahidi dan lainnnya dengan  sanad yang di dalamnya ada seseorang  yang tidak
diketahui meriwayatkan  dari Hafs bin Maisarah al-Qurasyi dari  ibunya dari ibunya,
Khaulah yang dulunya merupakan  pelayan Nabi saw., berkata,  “Suatu ketika, seekor
anak anjing masuk ke rumah  Rasulullah lalu masuk ke kolong tempat  tidurnya dan mati
di sana. Setelah itu, selama  empat hari lamanya wahyu tidak turun  kepada Rasulullah.
Beliau lalu berkata, ‘Wahai  Khaulah, apa yang telah terjadi di  rumah Rasulullah ini?
Kenapa Jibril tidak datang?’  Saya lalu berkata dalam hati, ‘Saya  akan coba merapikan
dan membersihkan rumah  ini.’ Saya lalu mengambil sapu. Ketika  saya membersihkan
bagian bawah tempat tidur,  saya lalu mengeluarkan dari sana bangkai  anak anjing
tersebut. Tidak lama kemudian,  Rasulullah datang dengan tubuh  yang gemetar (tanda
tengah menerima wahyu).  Memang, jika wahyu turun maka tubuh  beliau akan terlihat
bergetar. Pada saat itu, Allah  menurunkan ayat ini.”




Al-Hafizh Ibnu Hajjar berkata,  “Kisah tentang terlambatnya Jibril  ini turun disebabkan
keberadaan bangkai anak  anjing ini populer di tengah-tengah masyarakat,  namun
menjadikannya sebagai sebab  turunnya ayat ini adalah aneh, bahkan  harus ditolak
berdasarkan riwayat dalam  Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari  Abdullah bin Sidad bahwa suatu ketika  Khadijah berkata
kepada Nabi saw, “Menurut  saya, Tuhan engkau telah menjauhimu.”  Allah lalu
menurunkan ayat ini.
Ibnu Jarir juga meriwayatkan  dari Urwah yang berkata, “Suatu ketika,  Jibril terlambat
turun kepada Nabi saw. sehingga  beliau menjadi sangat gelisah.  Khadijah lalu berkata,
‘Dari kegelisahan engkau  saya melihat bahwa Tuhan telah menjauhimu.’  Selanjutnya,
turunlah ayat ini.”
Kedua riwayat terakhir di  atas berstatus mursal, namun para perawinya  terpercaya.
Mengomentari hal tersebut,  al-Hafizh Ibnu Hajjar berkata, “Menurut  hemat saya, kedua
riwayat, yaitu tentang ucapan  Ummu Jamil maupun Khadijah, adalah  shahih. Artinya,
keduanya memang mengucapkan  kata-kata seperti itu. Akan tetapi,  bedanya Ummu
Jamil mengucapkannya dalam  rangka mengejek Nabi saw. sementara  Khadijah dalam
rangka merasa kasihan kepada  beliau.”
Ayat 4, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Dan sungguh, yang kemudian  itu lebih baik bagimu daripada yang  permulaan.”
(adh-Dhuhaa: 4)
Sebab Turunnya Ayat
Imam ath-Thabrani meriwayatkan  dalam kitab al-Ausath dari Ibnu  Abbas yang berkata,
“Rasulullah bersabda, “‘Telah  diperlihatkan kepada saya daerah-daerah  yang nantinya
akan diraih oleh umat Islam  sepeninggal saya kelak. Hal itu membuat  saya gembira.’
Allah lalu menurunkan ayat  ini.”
Ayat 5, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Dan sungguh, kelak Tuhanmu  pasti memberikan karunia-Nya kepadamu,  sehingga
engkau menjadi puas.” (adh-Dhuhaa:  5)
Sebab Turunnya Ayat
Imam al-Hakim, al-Baihaqi  dalam kitab ad-Dalaa’il, ath-Thabrani  dan lainnya
meriwayatkan dari Ibnu  Abbas yang berkata, “Telah diperlihatkan  kepada Rasulullah




tempat-tempat yang nantinya  akan ditaklukkan oleh umat beliau,  negeri per negeri. Hal
itu membuat Rasulullah gembira.  Allah lalu menurunkan ayat ini.”
515. Hadits ini shahih: terdapat  dalam Shahih Bukhari, kitab al-Jihaad,  hadits nomor
2802, dan Shahih Muslim,  kitab al-Jihaad wa as-Siyar, hadits nomor  1796.
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 628
– 630.




Surah al-Insyiraah
Ayat 6, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Sesungguhnya bersama  kesulitan ada kemudahan.” (al-Insyiraah:  6)
Sebab Turunnya Ayat
Diriwayatkan bahwa ayat  ini turun ketika kaum musyrikin menghina  umat Islam karena
kefakiran mereka.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari  al-Hasan yang berkata, “Tatkala turun  ayat,
‘Sesungguhnya bersama  kesulitan ada kemudahan.” Rasulullah  lalu berkata,
“Bergembiralah! Telah datang  kelapangan pada kalian. Satu buah  kesempitan tidak
akan mengalahkan dua buah  kelapangan.’ “
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 631.




Surah at-Tiin
Ayat 5, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Kemudian Kami kembalikan  dia ke tempat yang serendah-rendahnya.”  (at-Tiin: 5)
Sebab Turunnya Ayat
Tentang sebab turunnya  ayat ini, Ibnu Jarir meriwayatkan dari al-’Ufi  dari Ibnu Abbas
yang berkata, “Ayat ini berkenaan  dengan beberapa orang di zaman  Rasulullah yang
dipanjangkan umurnya hingga  menjadi pikun. Orang-orang lalu bertanya  tentang
(perkataan dan perbuatan)  mereka ketika pikiran mereka telah tidak  berfungsi lagi.
Allah lalu menerangkan  bahwa mereka mendapat pemaafan. Artinya,  mereka hanya
diganjar dari apa yang mereka  kerjakan ketika pikiran mereka masih  sehat dan baik.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 632




Surah al-’Alaq
Ayat 6, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Sekali-kali tidak! Sungguh,  manusia itu benar-benar melampaui  batas.” (al-’Alaq: 6)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnul Mundzir meriwayatkan  dari Abu Hurairah yang berkata,  “Abu Jahal berkata,
‘Apakah kalian masih melihat  Muhammad mencecahkan wajahnya  ke tanah
(melakukan shalat) di hadapan  kalian?’ Salah seorang lalu menjawab,  ‘Ya.’ Abu Jahal
berkata, ‘Demi al-Latta dan  al-Uzza, sekiranya saya melihatnya  melakukan hal itu
niscaya akan saya injak kepalanya  dan saya benamkan wajahnya  ke tanah.’ Allah lalu
menurunkan ayat, ‘Sekali-kali  tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar  melampaui
batas.’”
Ayat 9-10, yaitu firman  Allah ta’ala,
“Bagaimana pendapatmu  tentang orang yang melarang seorang  hamba ketika dia
melaksanakan shalat.” (al-’Alaq:  9-10)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari  Ibnu Abbas yang berkata, “Suatu hari,  ketika Rasulullah
bermaksud melaksanakan  shalat, tiba-tiba Abu Jahal datang. Ia lalu  melarang beliau
melakukannya. Allah lalu  menurunkan ayat, ‘Bagaimana pendapatmu  tentang orang
yang melarang seorang hamba  ketika dia melaksanakan shalat.’ hingga  ayat 16,”
(Yaitu) ubun-ubun orang  yang mendustakan dan durhaka.’”
Ayat 17-18, yaitu firman  Allah ta’ala,
“Maka biarlah dia memanggil  golongannya (untuk menolongnya),  Kelak Kami akan
memanggil Malaikat Zabaniyah  (penyiksa orang-orang yang berdosa).”  (al-’Alaq: 17-
18)
Sebab Turunnya Ayat
Imam at-Tirmidzi dan lainnya  meriwayatkan dari Ibnu Abbas  yang berkata, “Suatu
hari, ketika Rasulullah bermaksud  melaksanakan shalat, tiba-tiba  Abu Jahal datang
seraya berkata, ‘Bukankah  saya telah melarangmu melakukannya!’  Rasulullah lantas




menentangnya sehingga  Abu Jahal berkata, ‘Engkau sungguh telah  mengetahui bahwa
tiada seorang pun di kota  ini yang lebih banyak pengikutnya dibanding  saya.’ Allah lalu
menurunkan ayat, “Maka  biarlah dia memanggil golongannya (untuk  menolongnya),
Kelak Kami akan memanggil  Malaikat Zabaniyah (penyiksa orang-orang  yang
berdosa).’”
Imam at-Tirmidzi berkata,  “Hadits ini berkualitas hasan shahih.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 633
– 634.




Surah al-Qadr
Ayat 1-3, yaitu firman  Allah ta’ala,
“Sesungguhnya Kami telah  menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam  qadar. Dan
tahukah kamu apakah malam  kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu  lebih baik daripada
seribu bulan.” (al-Qadr:  1-3)
Sebab Turunnya Ayat
Imam at-Tirmidzi, al-Hakim,  dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Hasan  bin Ali yang
berkata, “Suatu ketika, diperlihatkan  kepada Nabi orang-orang dari  Bani Umayyah
berdiri di atas mimbar beliau.  Hal tersebut membuat beliau bersedih.  Setelah itu
turunlah ayat,
‘Sungguh, Kami telah memberimu  (Muhammad) nikmat yang banyak.’  (al-Kautsar: 1)
“Sesungguhnya Kami telah  menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam  qadar. Dan
tahukah kamu apakah malam  kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu  lebih baik daripada
seribu bulan.” (al-Qadr:  1-3)
Yaitu lamanya masa kekuasaan  Bani Umayyah sepeninggalnya Nabi.”  Qasim al-
Hadani berkata, “Ketika  kami menghitungnya, ternyata ia benar-benar  seribu bulan
persis, tidak kurang dan tidak  lebih.” Imam at-Tirmidzi berkata, “Hadits  ini ganjil.” Al-
Muzni dan Ibnu Katsir berkata,  “Hadits ini sangat lemah.”
Ibnu Abi Hatim dan al-Wahidi  meriwayatkan dari Mujahid bahwa  suatu ketika
Rasulullah bercerita tentang  seroang laki-laki dari Bani Israel  yang tidak henti-hentinya
berjihad di jalan Allah selama  seribu bulan. Kaum muslimin lantas  terkagum-kagum
dengan hal itu. Allah lalu  menurunkan ayat, “”Sesungguhnya Kami  telah
menurunkannya (Al-Qur’an)  pada malam qadar. Dan tahukah kamu  apakah malam
kemuliaan itu? Malam kemuliaan  itu lebih baik daripada seribu bulan.”  Artinya, lebih
baik dari seribu bulan yang  dihabiskan oleh laki-laki itu dalam berjihad  di jalan Allah
swt..
Ayat 3, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Malam kemudian itu lebih  baik daripada seribu bulan.” (al-Qadr:  3)
Sebab Turunnya Ayat




Ibnu Jarir meriwayatkan dari  Mujahid yang berkata, “Dahulu di antara  Bani Israel
hidup seorang laki-laki  yang senantiasa melakukan shalat malam hingga  subuh tiba,
sementara di pagi harinya  berjihad menumpas musuh hingga sore.  Ia terus-menerus
melakukan hal tersebut  selama seribu bulan. Allah lalu menurunkan  ayat, ‘Malam
kemuliaan itu lebih baik  daripada seribu bulan.’ Artinya, melaksanakan  shalat di malam
itu lebih baik dari amalan  yang dilakukan laki-laki Bani Israel tadi.
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 635
– 636.




Surah az-Zilzal
Ayat 7-8, yaitu firman  Allat ta’ala,
“Maka barangsiapa mengerjakan  kebaikan seberat zarrah, niscaya  dia akan melihat
(balasan)nya. Dang barangsiapa  mengerjakan kejahatan seberat  zarrah, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya.”  (az-Zalzalah: 7-8)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan  dari Said bin Jabir yang berkata,  “Tatkala turun ayat,
‘Dan mereka memberikan  makanan yang disukainya…,’ kaum muslimin  berpikiran
bahwa mereka tidak akan  diberi pahala jika melakukan kebaikan  yang kecil, sementara
yang lain berpandangan  bahwa mereka tidak akan mendapat siksaan  jika melakukan
dosa-dosa kecil, seperti berbohong,  melihat kepada yang haram, menggunjing,  dan hal-
hal sejenis. Mereka antara  lain berkata, ‘Sesungguhnya Allah hanya  menyiksa orang-
orang yang melakukan dosa  besar.’ Allah lalu menurunkan ayat,’  ‘”Maka barangsiapa
mengerjakan kebaikan seberat  zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.  Dan
barangsiapa mengerjakan  kejahatan seberat zarrah, niscaya dia  akan melihat
(balasan)nya.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 635
– 636.




Surah al-’Aadiyaat
Ayat 1, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Demi kuda perang yang  berlari kencang terengah-engah.” (al-’Aadiyaat:  1)
Sebab Turunnya Ayat
Al-Bazzar, Ibnu Abi Hatim,  dan al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu  Abbas yang berkata,
“Suatu ketika, Rasulullah  mengirim satu pasukan. Akan tetapi, sampai  sebulan
kemudian beliau tidak mendapat  informasi tentang keadaan pasukan  tersebut.
Selanjutnya, turunlah ayat  ini.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 635
– 636.




Surah at-Takaatsur
Ayat 1-2, yaitu firman  Allah ta’ala,
“Bermegah-megahan telah  melalaikan kamu, sampai kamu masuk  ke dalam kubur.”
(at-Takaatsur: 1-2)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan  dari Ibnu Buraidah yang berkata,  “Ayat ini turun
berkenaan dengan dua kabilah  dari golongan Anshar, yaitu Bani  Hartisah dan Bani
Harits yang saling membanggakan  diri dan merasa lebih baik dari  yang lain. Satu pihak
berkata, ‘Apakah pada kalian  ada yang seperti si Fulan dan si  Fulan?’ Pihak yang satu
lagi juga melakukan hal serupa.  Mereka saling membanggakan diri  dalam hal orang-
orang yang masih hidup.
Selanjutnya, mereka saling  berkata, ‘Mari pergi ke pekuburan.’ Di  sana, sambil
menunjuk-nunjuk ke kuburan,  kedua pihak juga saling berkata, ‘Apakah  pada kalian
ada yang sehebat si Fulan  dan si Fulan?!’ Allah lalu menurunkan  ayat,  ‘Bermegah-
megakan telah melalaikan  kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur.’”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari  Ali yang berkata, “Sebelumnya, kami  agak ragu terhadap
keberadaan azab kubur hingga  turunlah ayat, ‘Bermegah-megahan  telah melalaikan
kamu.’ sampai ayat 4, ‘Kemudian  sekali-kali tidak! Kelak kamu  akan mengetahui,’
yang berbicara tentang azab  kubur.“  (516)
516. Ada riwayat lain yang  menguatkan riwayat ini, yaitu dalam Sunan  at-Tirmidzi,
kitab at-Tafsiir, hadits  nomor 3355.
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 639.




Surah al-Humazah
Ayat 1, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Celakalah bagi setiap pengumpat  dan pencela.” (al-Humazah: 1)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan  dari Utsman dan Ibnu Umar yang berkata,  “Kami
acapkali mendengar bahwa  ayat ini turun berkenaan dengan Ubai  bin Khalaf.”
Diriwayatkan bahwa Suddi  berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan  al-Akhnas bin
Syuraik.”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari  seorang laki-laki yang saleh yang berkata,  “Ayat ini turun
berkenaan dengan Jamil  bin ‘Amir al-Jumaihi.”
Ibnul Mundzir meriwayatkan  dari Ibnu Ishak yang berkata, “Setiap  kali Umayyah bin
Khalaf bertemu dengan  Rasulullah maka ia selalu menghina dan  mencaci maki beliau.
Allah lalu menurunkan ayat-ayat  dalam surah ini secara keseluruhan.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 640.




Surah Quraisy
Ayat 1, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Karena kebiasaan orang-orang  Quraisy.” (Quraisy: 1)
Sebab Turunnya Ayat
Al-Hakim dan lainnya meriwayatkan  dari Ummu Hani binti Abu  Thalib yang berkata,
“Rasulullah bersabda, ‘Allah  memberikan keistimewaan kepada suku  Quraisy dengan
tujuh hal. Saya dijadikan  berasal dari mereka, kenabian ada pada  mereka, tugas
menjaga (Ka’bah) ada pada  mereka, tugas memberi minnuman  (bagi jemaah haji) juga
pada mereka, Allah telah  menyelamatkan mereka dari serangan  tentara bergajah,
mereka menyembah Allah  tujuh tahun lamanya, sementara tidak  satu kaum pun yang
menyembah Allah selama  itu, dan sesungguhnya Allah telah menurunkan  satu surah
penuh dalam Al-Qur’an  yang hanya mereka yang disebut di dalamnya.’  Setelah berkata
demikian, Rasulullah lantas  membacakan ayat ini.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 641.




Surah al-Maa’uun
Ayat 4, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Maka celakanlah orang  yang shalat.” (al-Maa’uun: 4)
Sebab Turunnya Ayat
Tentang sebab turunnya  ayat ini, Ibnul Mundzir meriwayatkan dari  Tharif bin Abi
Thalhah dari Ibnu Abbas  yang berkata, “Ayat ini turun berkenan  dengan sikap orang-
orang munafik yang jika  berada di tengah-tengah kaum muslimin  maka mereka
memamer-mamerkan shalat  mereka, tetapi jika tidak ada kaum muslimin  maka mereka
langsung menghentikan shalatnya.  Orang-orang tersebut juga tidak  mau memberi
pinjaman pada kaum muslimin.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 642.




Surah al-Kautsar
Ayat 3, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Sungguh, orang-orang  yang membencimu dialah yang terputus  (dari rahmat Allah).”
(al-Kautsar: 3)
Sebab Turunnya Ayat
Al-Bazzar dan lainnya meriwayatkan  dengan sanad shahih dari Ibnu  Abbas yang
berkata, “Suatu ketika, Ka’ab  bin Asyraf datang ke Mekah. Orang-orang  Quraisy lalu
berkata kepadanya, ‘Engkau  adalah pembesar di antara mereka (penduduk  Madinah).
Bagaimana pendapatmu  tentang seorang yang memisahkan diri serta  memutuskan
hubungan dengan kaumnya  seraya mendakwakan bahwa ia lebih baik  dari kami,
padahal kami adalah para  pelayan jemaah haji, yaitu yang bertanggung  jawab memberi
mereka minum jemaah dan  melayani mereka?’ Ka’ab lantas berkata,  ‘Kalian jauh lebih
baik dari dia.’ Tidak lama  kemudian, turunlah ayat,’ ‘Sungguh, orang-orang  yang
membencimu dialah  yang terputus (dari rahmat Allah).’”
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan  dalam kitab al-Mushannaf, demikian  juga Ibnul
Mundzir, dari Ikrimah  yang berkata, “Pada saat Nabi saw. mulai  menerima wahyu,
orang-orang Quraisy berkata,  ‘Muhammad telah terputus (hubungannya)  dari kita.’
Setelah itu, turunlah ayat,’  ‘Sungguh, orang-orang yang membencimu  dialah yang
terputus (dari rahmat Allah).’”
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan  dari Suddi yang berkata, “Jika anak  laki-laki seseorang
meninggal dunia maka orang-orang  Quraisy biasa mengatakan,”‘Si  Fulan telah
terputus.’ Demikianlah, tatkala  anak laki-laki Nabi saw. meninggal,  al-’Ash bin Wa’il
lantas berkata, ‘Muhammad  telah terputus.’ Setelah itu turunlah  ayat ini.”
Imam Baihaqi meriwayatkan  hal senada dalam kitab ad-Dalaa’il  dari Muhamad bin
Ali, tetapi di dalam riwayat  itu disebutkan bahwa nama anak Nabi  saw. yang meninggal
itu adalah Qasim.
Dari Mujahid diriwayatkan,  “Ayat ini turun berkenaan dengan al-’Ash  bin Wa’il, yaitu
karena ia berkata, ‘Saya  adalah musuh Muhammad.’”
Imam ath-Thabrani meriwayatkan  dengan sanad yang lemah dari  Abi Ayyub yang
berkata, “Tatkala Ibrahim,  putra Rasulullah, meniggal dunia, orang-orang  musyrik
saling mengabarkan kepada  yang lain seraya berkata, ‘Sesungguhnya  ash-Shabi’
(panggilan orang-orang musyrik  kepada Nabi saw.) ini telah terputus  pada malam ini.’
Allah lantas menurunkan  surah ini secara keseluruhan.”




Tentang sebab turunnya  ayat 2, “Maka laksanakanlah shalat karena  Tuhanmu, dan
berkurbanlah (sebagai ibadah  dan mendekatkan diri kepada Allah),”  Ibnu Jarir
meriwayatkan dari Said  bin Jabir yang berkata, “Ayat ini turun di  Hudaibiyah. Ketika
itu, Jibril turun seraya berkata,  “Sembelihlah kurban engkau lantas  pulanglah!’
Rasulullah lantas berdiri  untuk melaksanakan khotbah hari raya lalu  shalat dua rakaat.
Setelah itu, beliau mengambil  kambingnya lalu menyembelihnya.”
Riwayat terakhir ini sangat  ganjil.
Dari Syamar bin Athiyah  diriwayatkan bahwa suatu ketika Uqbah  bin Abi Mu’ith
berkata, “Nabi saw. sudah  tidak memiliki anak laki-laki lagi. Dengan  demikian, ia
adalah seorang yang terputus.”  Allah lalu menurunkan ayat 3, “Sungguh,  orang-orang
yang membencimu dialah  yang terputus (dari rahmat Allah).”
Ibnul Mundzir meriwayatkan  dari Ibnu Juraij yang berkata, “Diinformasikan  kepada
saya bahwa ketika Ibrahim,  putra Nabi saw. wafat maka orang-orang  Quraisy berkata,
‘Sekarang, Muhammad telah  terputus.’ Ucapan tersebut membuat  Nabi saw.
tersinggung. Selanjutnya,  turunlah surah ini sebagai hiburan terhadap  beliau.’”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 643
– 644.




Surah al-Kaafiruun
Ayat 1, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Katakanlah (Muhammad),  ‘Wahai orang-orang kafir!”‘ (al-Kaafiruun:  1)
Sebab Turunnya Ayat
Imam ath-Thabrani dan Ibnu  Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas  bahwa orang-
orang Quraisy mengiming-imingi  Rasulullah dengan harta berlimpah  sehingga menjadi
orang terkaya di Mekah serta  memberinya wanita mana saja yang beliau  inginkan.
Mereka berkata, “Semua  ini untukmu wahai Muhammad, asalkan engkau  berhenti
menghina tuhan-tuhan kami  dan berhenti mengucapkan kata-kata  buruk terhadap
mereka. Tetapi jika engkau  keberatan, bagaimana apabila engkau  menyembah tuhan
kami selama satu tahun saja.”  Mendengar tawaran orang-orang Quraisy  itu, Rasulullah
lalu menjawab, “Saya akan  menunggu hingga Allah memberikan  jawabannya.” Allah
lalu menurunkan ayat, “Katakanlah  (Muhammad), ‘Wahai orang-orang  kafir!, ‘”  dan
juga menurunkan ayat,
“Katakanlah (Muhammad),  ‘Apakah kamu menyuruh aku menyembah  selain Allah,
wahai orang-orang yang  bodoh?”‘ (az-Zumar: 64)
Abdurrazzaq meriwayatkan  dari Wahab yang berkata, “Orang-orang  Quraisy berkata
kepada Rasulullah, ‘Bersediakah  engkau mengikuti agama kami  setahun dan kami juga
akan mengikuti agamamu  setahun?’ Allah lalu menurunkan ayat-ayat  dalam surah ini
secara keseluruhan.”
Ibnul Mundzir meriwayatkan  hal senada dari Ibnu Juraij.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan  dari Said bin Mina yang berkata,  “Suatu hari, Walid
ibnul-Mughirah, al-Ash  bin Wa’il, al-Aswad ibnul-Muththalib, dan  Umayyah bin
Khalaf bertemu dengan  Rasulullah. Mereka lalu berkata, ‘Wahai  Muhammad, mari
menyembah Tuhan yang  kami sembah dan sebagai balasannya kami  juga akan
menyembah Tuhan yang  engkau sembah. Selanjutnya, kami juga  akan
mengikutsertakan engkau  dalam seluruh urusan kami.’ Allah lalu  menurunkan ayat
ini.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 645
– 646.




Surah an-Nashr
Ayat 1, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Apabila telah datang pertolongan  Allah dan kemenangan.” (an-Nashr:  1)
Sebab Turunnya Ayat
Abdurrazaq meriwayatkan  dalam kitabnya dari Muammar dari Zuhri  yang berkata,
“Ketika Rasulullah memasuki  kota Mekah pada hari pembebasan  (yaum al-fath), beliau
mengirim Khalid bin Walid  dan pasukannya ke pinggir kota Mekah  untuk memerangi
kaum Quraisy. Allah lalu  menghancurkan orang-orang musyrik  itu. Rasulullah lantas
memerintahkan untuk melucuti  peresenjataan mereka. Setelah itu,  beliau memaafkan
dan melepaskan mereka  kembali. Akhirnya, mereka berbondong-bondong  masuk Islam.
Allah lalu menurunkan ayat  ini.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 647.




Surah al-Lahab
Ayat 1, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Binasalah kedua tangan  Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!”  (al-Lahab: 1)
Sebab Turunnya Ayat
Imam Bukhari dan lainnya  meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata,  “Suatu hari,
Rasulullah naik ke atas bukit  Shafa lalu memanggil orang-orang  Quraisy untuk
berkumpul. Pada saat mereka  telah berkumpul, Rasulullah lalu berkata,  ‘Sekiranya saya
sekarang mengatakan kepada  kalian bahwa pasukan musuh akan menyerang  kalian di
pagi ini atau sore ini apakah  kalian akan mempercayainya?’ Mereka  serentak
menjawab, ‘Ya.’ Rasulullah  lalu berkata, ‘Sesungguhnya saya sekarang  memberi
peringatan kepada kalian  terhadap akan datangnya adzab yang pedih.”  Mendengar
ucapan Nabi saw. tersebut,  Abu Lahab langsung menyahut, ‘Celaka  engkau, apakah
hanya untuk menyampaikan  hal ini engkau mengumpulkan kami?!’  Allah lalu
menurunkan ayat ini.”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari  Israil dari Abu Ishak dari seorang laki-laki  dari Hamadan
yang bernama Yazid bin  Zaid bahwa suatu ketika istri Abu Lahab  menebarkan duri-
duri di jalan yang akan dilalui  oleh Nabi saw.. Tidak lama kemudian  turunlah ayat,
“Binasalah kedua tangan  Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!”  hingga ayat 4,
“Dan (begitu pula) istrinya,  pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).”
Ibnul Mundzir meriwayatkan  dari Ikrimah riwayat senada.
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 648.




Surah al-Ikhlas
Ayat 1, yaitu firman Allah  ta’ala,
“Katakanlah (Muhammad),  ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa.’” (al-Ikhlaas:  1)
Sebab Turunnya Ayat
Imam at-Tirmidzi, al-Hakim,  dan Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari  Abu Aliyah dari
Ubai bin Ka’ab bahwa suatu  ketika orang-orang musyrik berkata  kepada Rasulullah,
“Gambarkanlah kepada kami  bagaimana Tuhan Engkau?” Allah lalu  menurunkan ayat
ini hingga akhir surah.
Imam ath-Thabrani dan Ibnu  Jarir meriwayatkan riwayat senada dari  Jabir bin Abdillah.
Dengan riwayat ini, sebagian  pihak berdalil bahwa surah ini adalah  Makkiyyah.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan  dari Ibnu Abbas bahwa suatu ketika  sekelompok Yahudi
datang kepada Nabi saw..  Di antara rombongan tersebut terdapat  Ka’ab bin Asyraf dan
Huyay bin Akhtab. Mereka  lalu berkata, “Wahai Muhammad, gambarkanlah  kepada
kami ciri-ciri dari Tuhan  yang mengutus engkau itu?!” Allah lalu  menurunkan ayat ini
hingga akhir surah.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari  Qatadah, demikian pula Ibnul Mundzir  dari Said bin Jabir
riwayat yang mirip dengan  di atas. Dengan riwayat ini, sebagian pihak  berdalil bahwa
surah ini adalah surah Madaniyyah.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari  Abu Aliyah yang berkata, “Qatadah  berkata,
‘Sesungguhnya pasukan  koalisi (kaum kafir) pernah berkata kepada  Nabi saw.,
‘Gambarkanlah kepada  kami bagaimana Tuhan engkau itu?’ Jibril  lalu turun dengan
membawa surah ini.”
Jadi, inilah yang dimaksud  dengan “orang-orang musyrik” seperti  yang disebut dalam
riwayat Ubai bin Ka’ab.  Oleh sebab itu, jelaslah bahwa surah ini  adalah Madaniyyah,
sebagaimana yang juga ditunjukkan  oleh hadits Ibnu Abbas. Dengan  demikian,
kontradiksi antara kedua  hadits di atas telah dapat diatasi.
Tetapi, Abusy Syaikh meriwayatkan  dalam kitab al-’Azhamah  dari Aban dari Anas
yang berkata, “Suatu ketika,  orang-orang Yahudi Khaibar datang  kepada Rasulullah
dan berkata, ‘Wahai Abal  Qasim, Allah telah menciptakan para  malaikat dari cahaya
tirai-Nya, Adam dari tanah  liat yang diberi bentuk, Iblis dari kobaran  api, langit dari
awan, dan bumi dari buih  air. Oleh karena itu, beritahukanlah kepada  kami bagaimana




hakikat Tuhanmu itu?’ Rasulullah  belum menjawab pertanyaan  tersebut hingga Jibril
datang dengan membawa  surah ini.”
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 649
– 450.




Surah al-Falaq & Surah an-Naas
Surah al-Falaq
Ayat 1-5, yaitu firman  Allah ta’ala,
“Katakanlah, ‘Aku berlindung  kepada Tuhan yang menguasai subuh  (fajar), dari
kejahatan (makhluk yang)  Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam  apabila telah gelap
gulita, dan dari kejahatan  (perempuan-perempuan) penyihir yang  meniup pada buhul-
buhul (talinya), dan dari  kejahatan orang yang dengki apabila dia  dengki.”‘  (al-Falaq:
1-5)
Surah an-Naas
Ayat 1-6, yaitu firman  Allah ta’ala,
“Katakanlah, ‘Aku berlindung  kepada Tuhannya manusia, Raja  manusia, Sembahan
manusia, dari kejahatan  (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan
(kejahatan) ke dalam dada  manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”‘  (an-Naas: 1-
6)
Sebab Turunnya Ayat
Imam al-Baihaqi meriwayatkan  dalam kitab Dalaa’il an-Nubuwwah  dari al-Kalbi dari
Abu Shaleh dari Ibnu Abbas  yang berkata, “Suatu ketika, Rasulullah  menderita sakit
parah. Dua malaikat lantas  mendatangi beliau. Yang satu duduk di  arah kepada
sementara yang satu lagi  di arah kaki. Malaikat yang berada di sebelah  kaki lalu
bertanya kepada yang di  sebelah kepala, ‘Apa yang terjadi kepadanya?’  Malaikat yang
di sebelah kepala menjawab,  ‘Disihir orang.’ Malaikat yang di sebelah  kaki bertanya
lagi, ‘Siapa yang menyihir?’  Dijawab, ‘Labid ibnul-A’sham, seorang  Yahudi.’ Malaikat
itu bertanya lagi, “Di mana  diletakkan sihirnya itu?’ Dijawab, ‘Di  sebuah sumur milik
si Fulan, di bawah batu.  Oleh sebab itu, hendaklah Muhammad pergi  ke sumur itu
kemudian keringkan airnya  lalu angkat batunya. Setelah itu ambillah  kotak yang ada di
bawahnya dan bakarlah.’
Pada pagi harinya, Rasulullah  mengutus Ammar bin Yasir serta beberapa  sahabat untuk
pergi ke sumur tersebut. Ketika  sampai, mereka melihat airnya berwarna  merah
kecoklatan seperti air pacar/ina.  Mereka lantas menimba airnya,  mengangkat batunya,
mengeluarkan sebuah kotak  kecil dari dalamnya lalu membakarnya.  Ternyata di
dalamnya terdapat seutas  tali yang memiliki sebelas simpul. Selanjutnya,  Allah




menurunkan kedua surah  ini. Setiap kali Rasulullah membaca satu  ayat maka terurailah
satu simpul.”
Riwayat yang hampir sama  dengan yang di atas terdapat dalam Shahih  Bukhari dan
Shahih Muslim, namun tanpa  menyebut turunnya kedua surah. (517)  Akan tetapi, juga
terdapat riwayat serupa  yang disertai penyebutan turunnya kedua  surah.
Abu Nu’aim meriwayatkan  dalam kitab ad-Dalaa’il dari jalur Abu  Ja’far ar-Razi dari
Rabi’ bin Anas bin Malik  yang berkata, “Seorang laki-laki Yahudi  membuatkan sesuatu
terhadap Rasulullah sehingga  beliau menderita sakit parah. Tatkala  para sahabat
menjenguk, mereka meyakini  bahwa Rasulullah telah terkena sihir.  Malaikat Jibril
kemudian turun membawa  al-Mu’awwidzatain (surah al-Falaq dan  an-Naas) untuk
mengobatinya. Akhirnya,  Rasulullah pun kembali sehat.”
517. Lihat Shahih Bukhari,  Kitab ath-Thibb, hadits nomor 5766 dan  Shahih Muslim,
kitab as-Salaam, hadits nomor  2189.
Sumber: Diadaptasi dari  Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul  fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat  Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema  Insani), hlm. 651
– 653.

Comments

Post a Comment